LINEAR.CO.ID | LHOKSEUMAWE – Dewan Energi Mahasiswa Aceh Berikan Respon Soal Kenaikan BBM. Senin (12/9/2022). Andrey Revaldi selaku Ketua DEM Aceh mengamati kenaikan harga BBM non-subsidi ini berdasarkan beberapa hal. Pertama, stabilitas harga minyak dunia yang kian hari semakin tidak menentu harganya.
Kedua, melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD. Semakin tinggi nilai tukar rupiah terhadap dollar, maka semakin banyak uang yang harus pemerintah kucurkan untuk mengimpor minyak mentah.
Ketiga, bengkaknya APBN negara – negara importir minyak termasuk Indonesia, dari tahun ke tahun subsidi energi Indonesia semakin meningkat drastis karena hal ini terkecuali pada tahun 2020 karena Indonesia mengalami bencana nasional yaitu pandemi Covid-19.
Keempat, Indonesian Crude Price (ICP) semakin meningkat tiap semesternya. Dimulai dari Februari 2021 ICP sebesar US$ 60,36/barel, di tahun yang sama pada bulan September 2021 naik menjadi US$ 72,20/barel, Februari 2022 disambut lagi dengan kabar duka ICP naik menjadi US$ 95,72/barel dan Juni 2022 naik lagi menjadi US$ 117,62/barel.
Kelima, produksi minyak bumi per hari Indonesia kurun 6 tahun terakhir selalu merosot.
DEM Aceh mencermati kenaikan harga BBM jenis subsidi berpengaruh pada naiknya harga bahan bahan pokok akibat dari naiknya harga BBM jenis subsidi yang mana masyarakat belum sepenuhnya pulih di sektor ekonomi akibat pandemi Covid-19, turunnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan kebutuhan pendukung lain akibat naik nya harga BBM.
Selanjutnya dilema yang terjadi karena kenaikan harga BBM yaitu meningkatnya angka pengangguran akibat PHK dari perusahaan yang terdampak kenaikan BBM subsidi, angka kemiskinan atau masyarakat menengah ke bawah semakin bertambah, lifting minyak bumi yang selalu tidak mencapai target dan mengakibatkan bertambah besarnya angka impor di sektor minyak bumi, Indonesian Crude Price (ICP) empat semester belakangan ini selalu naik yang membuat bengkaknya APBN dari tahun ke tahun, situasi geopolitik migas dunia akibat perang Rusia – Ukraina.
Beranjak dari hal itu DEM Aceh menegaskan, meminta kepada Presiden Republik Indonesia untuk memastikan harga bahan bahan pokok tetap stabil efek dari naiknya BBM jenis subsidi demi kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah.
Andrey juga meminta kepada Presiden Republik Indonesia melalui Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Kementerian LHK, Kementerian Investasi/BKPM dan Kapolri sebagai Komisi Pengawas untuk mengevaluasi tupoksi dan kinerja SKK Migas sebagai upaya mengurangi volume dan nilai impor lifting minyak bumi karena menurutnya beberapa tahun ini selalu menurun.
DEM Aceh Meminta kepada Presiden Republik Indonesia membentuk Satuan Tugas (Satgas) yang terdiri dari BPH Migas, KESDM, Pertamina dan Polri untuk mengawasi sistem distribusi sampai ke level SPBU agar terhindarnya permasalahan yang tiap tahun terjadi yaitu kuota jebol akibat tidak tepatnya sasaran distribusi.
“Sebagai upaya mahasiswa menjadi bagian dari civil society, kami meminta kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk membuat program penelitian dan pengembangan kompor dan kendaraan listrik yang bisa di komersialkan dengan harga terjangkau sebagai bentuk kontribusi mahasiswa dalam mengurangi efek gas rumah kaca serta nilai dan volume BBM sesuai dengan Paris Agreement dan Conference of The Parties (COP)” jelas Ketua DEM Aceh, Senin (12/09/2022).
Tak hanya itu DEM Aceh meminta kepada Presiden Republik Indonesia untuk membuat kebijakan pembatasan jumlah kendaraan yang dimiliki oleh per orang atau per keluarga guna mengatasi maraknya kemacetan di kota kota besar, mengatasi efek gas rumah kaca, udara yang sehat, meminimalisir kuota BBM yang digunakan pada kendaraan pribadi serta beralih ke transportasi umum. (*)