Lifestyle

Waspadai 7 Jenis Makanan Ini, Bisa Jadi Pemicu Asam Urat

164
×

Waspadai 7 Jenis Makanan Ini, Bisa Jadi Pemicu Asam Urat

Sebarkan artikel ini
makanan
Ilustrasi Asam Urat

LINEAR.CO.ID | JAKARTA – Beberapa jenis makanan bisa menjadi pemicu asam urat, asam urat yang tinggi merupakan kondisi kesehatan yang dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Meskipun sering kali dianggap sebagai penyakit yang lebih umum menyerang orang dewasa atau lanjut usia, faktanya kadar asam urat yang berlebih dapat menyerang semua kelompok umur.

Pada umumnya, kadar asam urat yang dianggap normal pada wanita adalah antara 1,5 hingga 6,0 miligram per desiliter (mg/dL), sedangkan pada pria berkisar antara 2,5 hingga 7,0 mg/dL. Ketika kadar asam urat dalam tubuh melebihi batas normal, hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama di area persendian.

Salah satu dampak yang paling sering dirasakan akibat tingginya kadar asam urat adalah munculnya gejala nyeri yang sangat hebat pada sendi. Nyeri ini sering kali disertai dengan pembengkakan dan rasa panas di sekitar area yang terkena, seperti di jempol kaki, lutut, atau pergelangan tangan. Pada beberapa kasus, gejala ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan terasa sangat menyakitkan, sehingga membatasi kemampuan bergerak atau beraktivitas sehari-hari.

Penyebab utama tingginya kadar asam urat dalam tubuh adalah kelebihan purin, senyawa alami yang ditemukan dalam beberapa jenis makanan.

Berikut Berikut adalah beberapa makanan pemicu asam urat yang perlu diwaspadai seperti yang dilansir dari CNBC:

1. Jeroan

Jeroan seperti hati dan lidah tinggi akan purin, senyawa yang cenderung diubah tubuh Anda menjadi asam urat. Hindari ini dari diet Anda.

2. Makanan Laut

Penderita asam urat dianjurkan untuk menghindari konsumsi makanan laut yang mengandung banyak purin, seperti kerang, ikan teri, sarden, tuna, tiram, udang, lobster, atau kepiting. Konsumsi seafood berlebihan dapat meningkatkan kadar asam urat dan memperburuk gejala asam urat.

Jika ingin mengonsumsi makanan laut yang kaya akan nutrisi tetapi rendah purin, belut laut atau ikan gindara bisa menjadi pilihan yang tepat.

3. Daging Merah

Daging merah seperti daging sapi, babi, dan domba memang tingi protein. Namun, daging-daging ini tergolong sebagai makanan penyebab asam urat karena kadar purinnya yang tinggi.

Jika ingin menjaga kadar asam urat darah, Anda bisa mengganti daging merah dengan daging ayam atau sumber protein nabati, seperti kacang kedelai yang dapat ditemukan pada tempe dan tahu.

4. Madu

Madu mengandung fruktosa tinggi, pemanis alami yang melepaskan purin saat terurai di tubuh Anda. Batasi minuman atau makanan yang mengandung fruktosa seminimal mungkin untuk menghentikan atau mengurangi serangan asam urat.

5. Es krim dan keju

Es krim dan keju merupakan turunan dari susu tinggi lemak yang termasuk dalam golongan makanan pemicu asam urat.

6. Roti

Karbohidrat olahan seperti roti putih, kue kering, dan kue dapat membuat gula darah Anda melonjak dan tidak bagus untuk asam urat.

7. Alkohol

Minuman beralkohol, terutama bir, juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Selain mengandung banyak purin, bir juga memperlambat membuat proses pembuangan asam urat melalui urine.

Bir meningkatkan asam urat sebesar 6,5%. Bahkan bir non alkohol menaikkannya sebesar 4,4%.

Selain dari pola makan, tingginya kadar asam urat juga bisa dipicu oleh beberapa faktor lain seperti obesitas, gaya hidup sedentari (kurang bergerak), stres, atau kondisi medis tertentu seperti hipertensi dan diabetes. Karena itu, menjaga pola hidup sehat dengan mengatur asupan makanan, berolahraga secara teratur, serta mengelola stres sangat penting untuk mencegah peningkatan kadar asam urat. Menghindari makanan tinggi purin dan memperbanyak konsumsi air putih juga dapat membantu mencegah penumpukan asam urat dalam tubuh.

Bagi mereka yang sudah mengalami serangan asam urat, pengobatan dan perubahan gaya hidup adalah kunci untuk mengelola kondisi ini. Konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat juga sangat disarankan, terutama jika gejala sering berulang atau semakin parah. (*)