LINEAR.CO.ID | LHOKSEUMAWE – Aksi Demontrasi tolak kenaikan harga BBM di depan kantor DPRK Lhokseumawe Diwarnai Kericuhan.
aksi yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa Universitas Malikussaleh tersebut menuntut agar harga BBM turun.
Aksi Kericuhan terjadi saat Mahasiswa yang memaksa masuk dan menemui DPRK Aceh Utara. Namun aparat kepolisian menghalanginya hingga terjadi aksi saling dorong hingga pelemparan batu ke arah kantor DPRK.
Kericuhan tersebut mengakibatkan satu polisi harus dilarikan kerumah sakit akibat terkena batu yang dilemparkan oleh massa.
BACA JUGA: Ini Pesan Pj Gubernur Aceh Sambut Pendemo Tolak Kenaikan BBM
Aksi saling dorong antar pihak kepolisian dan Mahasiswa berakhir saat mobil water canon melakukan penyemprotan ke arah peserta aksi untuk mereda kericuhan.
Korlap aksi Aris Munandar menjelaskan kericuhan itu terjadi akibat gesekan atau miskomunikasi antara peserta aksi dengan pihak kepolisian setempat yang mengamankan jalannya demontarasi, sehingga kericuhan tidak dapat dibendung.
“Kami menyayangkan sikap dari DPRK Lhokseumawe menelantarkan Mahasiswa dan tidak menunjukkan keberpihakannya kepada rakyat,” ujar Aris kepada Linear.co.id
Aris juga mengatakan ” Kami kecewa dengan pihak kepolisian yang melakukan tindakan represif terhadap mahasiswa,” katanya.
BACA JUGA: LMND Aceh Minta Polisi Bebaskan Mahasiswa Ditangkap di Aceh Barat
Adapun tuntutan dalam aksi ini yaitu mahasiswa tolak kenaikan harga BBM dan Menuntut Pemerintah menanggani BLT yang tidak tepat sasaran.
Menolak kenaikan tarif listrik, mahasiswa mendesak pemerintah memberantas mafia minyak dan gas, hentikan pembangunan IKN demi memperbaiki perekonomian.
Mendesak DPRK Kota Lhokseumawe membentuk tim pengawas anggaran BBM subsidi tersalurkan tepat sasaran. Serta menuntut pemerintah agar menyelesaikan kasus Hak Asasi Manusia (HAM) berat.
sementara itu ketua DPRK Lhokseumawe Ismail A.Manaf saat ditemui pihak media dikantornya menyayangkan tindakan anarkis mahasiswa.
“Kita sangat sedih terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebenarnya kita sudah menerima dialog para mahasiswa dengan perwakilan 50 orang. namun mereka ngotot semuanya harus masuk, tidak mungkin gedung sebesar ini muat menampung jumlah mahasiswa dua ribu orang,” papar Ismail. (*)