LINEAR.CO.ID | ACEH BARAT DAYA – Sempat terjadi ketegangan terkait
dugaan pemukulan terhadap seorang suporter anak di bawah umur oleh oknum wasit dalam gelaran Turnamen Spot Kuma, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), akhirnya berujung damai.
Perdamaian tersebut tercapai antara pihak wasit dan manajemen Lamud FC (Lama Muda FC), klub yang sempat menyoroti insiden itu secara terbuka dan sempat menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat pecinta sepak bola lokal.
Manajer Lamud FC, Razi, kepada awak media menyampaikan bahwa langkah perdamaian ini merupakan bentuk keseriusan pihaknya dalam membangun dan memperbaiki citra persepakbolaan lokal, khususnya yang melibatkan Lamud FC.
“Perdamaian ini adalah langkah awal untuk sama-sama memperbaiki kesilapan dan kekeliruan yang mungkin terjadi. Kami tidak lagi membahas dugaan pemukulan tersebut. Hari ini, kami memilih untuk menatap ke depan dan membenahi apa yang perlu dibenahi demi sepak bola Abdya yang lebih baik,” ujar Razi, Minggu (3/8/2025).
Razi menyampaikan permohonan maaf atas pernyataan yang pernah dilontarkan pihaknya terkait dugaan pemukulan suporter anak oleh wasit. Ia mengaku pernyataan tersebut muncul karena bentuk kepedulian dan respons spontan terhadap laporan yang masuk ke pihaknya saat situasi sedang panas.
“Kami tidak ingin memperkeruh suasana. Saya secara pribadi dan atas nama manajemen Lamud FC memohon maaf bila ada pernyataan kami sebelumnya yang kurang tepat atau menyinggung. Kami sangat menjunjung tinggi nilai sportivitas dan komunikasi yang baik antar pihak dalam dunia sepak bola,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Razi juga melakukan klarifikasi bahwa setelah mendalami kejadian secara menyeluruh, pihaknya menyimpulkan bahwa wasit tidak melakukan pemukulan terhadap anak di bawah umur seperti yang sempat diberitakan.
“Kami klarifikasi bahwa wasit tidak memukul anak tersebut. Dari informasi yang kami dapat belakangan ini, ternyata anak itu disenggol oleh penonton atau suporter lain yang sedang mengejar wasit saat bertugas. Dan kami, karena sangat emosi saat itu, langsung menuduh wasit sebagai pelaku. Itu murni reaksi spontan akibat kondisi saat kejadian yang memanas,” ujar Razi menyesal.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Wasit Kabupaten Aceh Barat Daya, Zakaria, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima permintaan maaf dari Lamud FC dan menyambut baik langkah damai tersebut.
Menurutnya, langkah ini patut diapresiasi karena memperlihatkan kedewasaan dalam menyikapi perbedaan dan miskomunikasi yang terjadi di lapangan.
“Kami dari asosiasi wasit sudah memaafkan pihak Lamud FC. Kami berharap kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, baik wasit, manajemen klub, maupun panitia penyelenggara agar ke depan bisa lebih profesional dan menjalin komunikasi yang sehat,” ungkap Zakaria.
Zakaria juga menegaskan pentingnya menjaga marwah dan integritas profesi wasit dalam setiap pertandingan, sembari tetap terbuka terhadap kritik yang disampaikan secara santun dan melalui jalur resmi.
“Sepak bola ini milik kita bersama. Ketika ada miskomunikasi, mari kita duduk bersama, bukan saling serang di media. Dengan semangat damai ini, kami berharap seluruh stakeholder bisa saling menghormati dan saling mendukung demi kemajuan sepak bola di Abdya,” pungkasnya.
Turnamen Spot Kuma sendiri merupakan salah satu ajang sepak bola bergengsi yang rutin digelar setiap tahun di Kabupaten Aceh Barat Daya. Turnamen ini diikuti oleh berbagai tim lokal berbakat dan selalu menyedot perhatian besar dari masyarakat.
Namun, insiden yang terjadi di babak perempat final antara suporter cilik dan wasit sempat mencoreng suasana kompetisi dan menimbulkan ketegangan antarpihak. Berbagai narasi simpang siur sempat muncul di media sosial, memantik reaksi emosional dari pendukung kedua belah pihak.
Kini, dengan tercapainya kesepakatan damai, semua pihak diharapkan dapat menjadikan peristiwa tersebut sebagai momentum introspeksi demi terciptanya atmosfer kompetisi yang aman, adil, dan menjunjung tinggi nilai sportivitas.
Dalam proses perdamaian yang berlangsung secara kekeluargaan tersebut turut hadir Ketua Komite Wasit Abdya Lettu Bakhtiar, Ketua Pemuda Lama Tuha Aan Jr, para perangkat desa Gampong Lama Muda, manajemen Lamud FC, serta perwakilan dari Asosiasi Wasit dan tokoh masyarakat setempat.
Semangat bersama untuk menjaga marwah sepak bola Abdya tampaknya menjadi kunci utama dalam menyelesaikan persoalan ini dengan damai, tanpa memperpanjang konflik yang dapat merusak semangat persaudaraan di dunia olahraga(*).