Ekonomi Uncategorized
Beranda | Rakyat Aceh Beli BBM Pakai Barcode, Fachrul Razi: Jaman Belanda Aja Gak Seperti ini

Rakyat Aceh Beli BBM Pakai Barcode, Fachrul Razi: Jaman Belanda Aja Gak Seperti ini

Linear.co.id I Jakarta – Ketua Komite I DPD RI Fachrul Razi yang juga senator garis keras asal Aceh merespon terkait keluhan masyarakat Aceh mengenai penggunaan barcode hingga menyebabkan kenderaan harus mengantri berjam -jam ketika mengisi BBM dan hal itu menjadi pandangan buruk di beberapa SPBU di sepanjang jalan lintas Banda Aceh – Sumut.

Fachrul Razi dalam pers rilisnya menyebutkan, fenomena antrian itu hampir sama seperti zaman Belanda. Bahkan fenomena antrian BBM sekarang menurutnya ini lebih parah dari pada zaman Belanda saat masih berada di Aceh dahulu kala.

“Zaman Belanda saja tidak pernah Aceh itu antri minyak (BBM) dengan menggunakan kupon atau sejenisnya, bahkan dizaman Belanda, provinsi Aceh yang merupakan penghasil minyak, saat itu untuk mendapatkan BBM tinggal ke pom pengisian tanpa harus antri. Zaman sekarang minyak sudah dibeli dengan biaya sendiri, kemudian antri pakai barcode,” ungkap Fachrul Razi.

Ketua Komite I DPD RI dua periode ini meminta Pertamina segera mengevaluasi sistem barcode dan mempermudah suplai BBM ke SPBU agar masyarakat khususnya di provinsi Aceh tidak harus mengantri dan harus menggunakan barcode.

Informasi yang diperoleh, bahwa masyarakat memantau hingga tengah malam sejumlah titik SPBU di jalan lintas Banda Aceh – Sumut masih banyak antrian kendaraan baik roda dua dan roda 4 serta truk muatan besar yang ikut antri. Hal ini mengundang kemacetan serta resiko dijalan raya.

Brigjen Pol Marzuki Ali Basyah Dilantik sebagai Kapolda Aceh

Fackrul Razi menyesalkan keadaan di Aceh yang merupakan daerah khusus, dan penghasil minyak mengapa harus mempertontonkan antrian minyak dan penggunaan barcode, tidak seperti propinsi lain nya. “Propinsi lain, tidak ada beli bahan bakar kendaraan harus menggunakan barcode, ini jauh parah jika harus dipersulit untuk membeli bensin, rakyat Aceh kan beli bensin atau dolar gunakan uang sendiri bukan minta, kenapa harus pakai barcode dan harus antri lagi?” Kesal Fachrul Razi yang juga mantan aktivis BEM Universitas Indonesia. (**)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
×