Saat masih jadi mahasiswa, Soekarno pernah menikah dengan Inggit Garnasih. Perempuan asal Bandung yang merupakan istri keduanya. Kisah cinta mereka pun cukup dramatis. Puncaknya, Inggit memilih berpisah karena gak mau dimadu. Kenapa, ya?
Cinta tumbuh tanpa disadari
Soekarno masih berusia 22 tahun saat bertemu Inggit di Bandung. Inggit sendiri sudah menikah dengan Haji Sanusi. Usia Inggit menginjak 35 tahun.
Inggit berusia 13 tahun lebih tua. Waktu itu, Soekarno menumpang di rumah Inggit karena sedang melanjutkan sekolah.
Karena sering bertemu dan merasa cocok, mereka berdua pun jatuh cinta. Di sisi lain, status mereka masih menjadi milik orang lain. Tapi, seperti kata Agnes Monica, cinta tak ada logika. Sudah kepalang cinta.
Mereka pun berusaha untuk bisa bersatu. Soekarno menceraikan istrinya. Begitu juga Haji Sanusi yang berpisah dengan Inggit. Mereka menikah pada tanggal 24 Maret 1923. Disaksikan juga oleh Haji Sanusi.
Perjuangan Soekarno dan Inggit
Selama menjadi suami istri, mereka gak lepas dari cobaan. Mereka gak dikarunia keturunan. Tapi, mereka mengadopsi 2 orang anak yaitu Ratna Djoeami dan Kartika Uteh.
Selain itu, Inggit bekerja untuk menghidupi rumah tangga. Karena Soekarno masih harus menyelesaikan sekolahnya. Bukan hanya untuk rumah tangga, Inggit juga membiayai pendidikan dan kegiatan politik Soekarno. Semua Inggit lakukan dengan senang hati.
Saat Soekarno di penjara, Inggit selalu mengunjungi dan menyelundupkan buku bacaan di perutnya. Untuk melakukannya, Inggit rela berpuasa beberapa hari supaya perutnya kecil.
Supaya buku bisa disembunyikan di balik bajunya. Bahkan, Inggit juga ikut menemani Soekarno waktu diasingkan ke Ende dan Bengkulu selama bertahun-tahun.
Akhir cerita cinta
Di Bengkulu, Soekarno bertemu dengan Fatmawati. Ia tertarik pada Fatmawati dan ingin menikahinya dengan alasan ingin memiliki keturunan.
Tapi, Inggit menolak dimadu. Inggit lebih memilih diceraikan. Gelar istri pertama orang paling berpengaruh di Indonesia saat itu gak cukup untuk mengubah prinsipnya. Pernikahan berusia 18 tahun itu pun kandas.
Namanya mungkin gak begitu dikenal. Tapi, ia turut berjuang untuk mengantarkan Soekarno menuju posisi tertingginya. Ia wafat pada 13 April 1984 di Bandung.
Namanya telah diusulkan untuk diberi gelar pahlawan nasional. Sayangnya, gelar tersebut belum bisa disematkan kepadanya hingga sekarang.
Sumber : Neo Daily