LINEAR.CO.ID | ACEH BARAT DAYA – Kritik keras dilontarkan Wakil Ketua DPRK I Aceh Barat Daya, Tgk. Mustiari atau yang akrab disapa Mus Seudong, terhadap pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Teungku Peukan.
Menurutnya, meskipun rumah sakit kebanggaan masyarakat Aceh Barat Daya tersebut telah memiliki gedung baru yang megah, kualitas pelayanan masih jauh dari harapan.
“Untuk apa pembangunan gedung megah-megah kalau pelayanan tidak baik? Pembangunan ini bisa menjadi sia-sia kalau tidak dibarengi dengan peningkatan mutu layanan,” tegas Mus Seudong kepada wartawan, Sabtu (4-10-2025).
Kritik tersebut tidak hanya dilontarkan atas dasar laporan masyarakat, tetapi juga dari pengalaman pribadi yang dialaminya.
Mus Seudong menceritakan, ketika ia membawa anaknya untuk mendapatkan perawatan di RSUD Teungku Peukan, pelayanan yang diterima justru sangat mengecewakan.
“Bukan mendapat pelayanan yang baik, malah petugas terkesan menelantarkan anak saya. Saya harus menunggu lama tanpa kepastian, padahal kondisi anak sedang sakit. Kalau keluarga saya saja bisa diperlakukan seperti ini, bagaimana dengan masyarakat biasa yang tidak dikenal?” ungkapnya dengan nada kecewa.
RSUD Teungku Peukan merupakan rumah sakit rujukan utama bagi masyarakat Aceh Barat Daya. Namun, berbagai keluhan kerap muncul dari pasien maupun keluarga pasien terkait pelayanan tenaga medis maupun fasilitas penunjang yang dianggap belum maksimal.
Mus Seudong menilai, kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Ia meminta Bupati Aceh Barat Daya selaku penanggung jawab kebijakan daerah untuk lebih serius dalam membenahi kualitas pelayanan di rumah sakit tersebut.
“RSUD Teungku Peukan ini simbol kebanggaan kita di Aceh Barat Daya. Kalau masyarakat masih mengeluh tentang pelayanan, berarti ada yang tidak beres dalam manajemen dan tata kelolanya. Bupati harus menaruh perhatian khusus, jangan sampai rumah sakit ini hanya bagus dari luar tapi kosong di dalam,” ujarnya.
Politisi Partai Aceh dari Dapil 3 itu juga menyoroti bahwa pembangunan fisik semata tidak cukup menjawab kebutuhan masyarakat. Yang terpenting, kata dia, adalah sumber daya manusia (SDM) yang profesional, ramah, serta berorientasi pada kepuasan pasien.
“Gedung boleh megah, peralatan boleh canggih, tapi kalau tenaga medisnya tidak melayani dengan hati, semua jadi percuma. Masyarakat datang ke rumah sakit itu ingin sembuh, bukan tambah kecewa,” tambahnya.
Lebih jauh, ia mendesak agar manajemen RSUD Teungku Peukan melakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari sistem pelayanan di ruang IGD, rawat inap, hingga farmasi. Peningkatan kualitas, menurutnya, tidak bisa ditunda karena menyangkut nyawa masyarakat.
“Kalau pelayanan lambat, pasien bisa terlambat tertolong. Ini bukan perkara sepele. Karena itu saya mendesak Bupati agar segera turun tangan. Jangan tunggu ada korban baru bergerak,” tegasnya.
Sebagai wakil rakyat, Mus Seudong memastikan pihaknya di DPRK Aceh Barat Daya akan terus mengawal persoalan ini.
Ia menegaskan, anggaran yang dikucurkan untuk rumah sakit harus benar-benar bermanfaat bagi rakyat, bukan sekadar proyek pembangunan.
“Kami di DPRK siap mendorong anggaran untuk kesehatan, tapi kami juga ingin melihat hasil yang nyata. Kalau pelayanan masih buruk, maka fungsi pengawasan akan kami maksimalkan,” katanya.
Masyarakat menaruh harapan besar pada RSUD Teungku Peukan sebagai pusat layanan kesehatan yang mampu menjawab kebutuhan daerah.
Mus Seudong mengingatkan, pemerintah daerah tidak boleh abai terhadap aspirasi rakyat.
“Kalau pelayanan rumah sakit sudah baik, masyarakat Abdya tidak perlu lagi jauh-jauh berobat ke luar daerah. Itu cita-cita kita bersama. Tapi kalau sekarang masih banyak yang mengeluh, berarti PR kita masih panjang,” pungkasnya.(*)