LINEAR.CO.ID | ACEH BARAT DAYA – Krueng di Gampong Desa Mesjid kecamatan Tangan-Tangan meluap hal itu akibat itensitas hujan sangat lebat di kabupaten Aceh Barat Daya sejak sore. Minggu ( 17-12-2023)
Gampong itu merupakan langganan banjir. Dalam bulan Desember ini saja, sudah tiga kali desa yang memiliki 250 lebih kepala keluarga itu, dihantam banjir luapan dari sungai (Krueng) Tangan-Tangan.
Rizal warga setempat kepada Linear.co.id mengatakan, banjir luapan itu disebabkan lantaran banyaknya material kayu dan sampah yang tersangkut di aliran sungai. Rumpun bambu yang sepatutnya berada di pinggir tebing justru amblas yang membuat arus air tidak lancar.
Rusaknya tebing sungai bisa dipastikan karena tak ada tanggul pengaman. Tanah tebing sungai sangat mudah digerus air hingga menyebabkan erosi besar-besaran yang berdampak pada tanaman sekitar tebing tumbang ke dalam sungai. Akhirnya, material yang hanyut bersamaan dengan derasnya lanjur air justru tersangkut pada pepohonan yang tumbang tersebut.
Hanya dalam empat jam guyuran hujan melanda kawasan setempat, debit air sungai terus meningkat dan meluap ke pemukiman warga Desa Mesjid termasuk sebagian desa tetangga seperti, Desa Pante Geulumpang, Padang Kawa dan Drien Jaloe.
Ditambah lagi, saat ini lahan tanaman padi petani sudah memasuki masa panen. Luapan air sungai ikut menyapu tanaman padi yang sudah mulai menguning. Padi yang bakal siap dipanenpun tumbang tertimbun lumpur yang terbawa oleh luapan air dan tak bisa dimanfaatkan lagi hasilnya.
Terkait banjir luapan sungai tersebut, warga meminta pemerintah tidak tinggal diam akan masalah bencana yang rutin setiap tahunnya melanda kawasan setempat.
“Kami berharap pemerintah gerak cepat untuk melakukan penanganan terhadap bencana alam ini. Meski tidak tertanggulangi sepenuhnya, paling tidak memperkecil dampak banjir yang selalu melanda desa kami,” kata Mizar warga setempat yang rumahnya selalu tergenang banjir.
Hal senada juga diutarakan Irwan warga lainnya. Dampak banjir ini bisa membuat dinding bangunan rumah yang dibangun kokoh, perlahan mulai keropos akibat terendam banjir. Tidak hanya itu, banyak perabotan rumah juga ikut tergenang banjir dan ruaak. Belum lagi, sisa lumpur di dalam rumah yang saban hari mesti dibersihkan setelah banjir itu surut.
“Inilah derita yang kami alami setiap terjadi banjir. Sumber masalahnya sudah jelas, bahkan sudah sering dilaporkan. Namun hingga saat ini juga belum ada solusinya,” pungkasnya.(*)