LINEAR.CO.ID | ACEH BARAT DAYA – Kisah Shanum menjadikan terharu bagi masyarakat. Kasih sayang dan cinta orang tua kepada anak tidak akan bisa digantikan oleh apapun. Karena anak adalah anugerah yang harus selalu dijaga sampai kapan pun.
Ungkapan inilah yang layak disematkan kepada pasangan Hafid dan Ulfa, warga Gampong Pantai Perak, Kecamatan Susoh, Kabupaten Abdya.
Ditengah hidupnya yang serba kecukupan, pasangan ini harus mendapatkan ujian karena anak pertamanya itu divonis penyakit jantung bocor atau dalam dunia medis disebut ASD (Atrial Septal Defect). Shanum sempat menjalani penanganan medis di RSUZA Banda Aceh.
Sejak dua minggu lalu, Shanum sudah berada di RS Harapan Kita Jakarta atas rujukan RSUZA Banda Aceh. Shanum sudah masuk waiting list (daftar tunggu) operasi dari pihak rumah sakit.
“Alhamdulillah kami sudah berada di Jakarta sejak dua pekan lalu. Namun kami sangat kewalahan untuk biaya hidup sehari-hari selama mendampingi putri kami yang belum ada kepastian kapan akan diambil tindakan,” kata sang ayah, Hafid didampingi istrinya Ulfa.Jum’at (25-08-2023)
Demi kesembuhan putrinya, Hafid yang berprofesi sebagai guru kontrak di sebuah pesantren di Abdya terpaksa mengutang uang pada tetangga dan saudaranya untuk kebutuhan mendampingi putrinya selama berobat di Jakarta.
“Iya bang, setelah musyawarah sama keluarga dan meminta pinjam dari tetangga, kami pun berangkat membawa Shanum. Istri saya juga bilang bismillah aja bang,” tutur Hafid.
Menurut Hafid, putrinya Shanum diketahui mengalami masalah jantung sejak usianya satu tahun berdasarkan diagnosa dokter spesialis anak. Saat itu putrinya juga mengalami demam tinggi dan menggigil selama satu bulan hingga kuku dan wajahnya membiru. Pertumbuhan fisiknya juga tidak bertambah.
Sejak saat itu, dokter menyarankan agar Shanum segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki alat medis yang lengkap, jika tidak segera ditangani maka dikhawatirkan akan berdampak buruk.
“Kalau untuk pengobatan putri kami memang sudah ditanggung BPJS kecuali ada keadaan-keadaan tertentu yang mengharuskan pembelian obat di luar. Sedangkan orangtua atau pendamping harus menanggung sendiri biaya makan dan tempat tinggal.
“Kebutuhan inilah yang kami rasakan sangat berat, sementara di sisi lain saya nggak bisa bekerja,” ungkap Hafid.
Selama dua pekan di Jakarta, dokter meminta orangtua Shanum agar sering kontrol ke dokter sambil menunggu jadwal operasi katup jantungnya.
“Kami selalu berdoa kepada Allah, semoga memberikan jalan kepada kami, mempermudah urusan kami, dan kami minta doa dari saudara, teman, dan sahabat semoga anak kami bisa sembuh,” ujar Hafid dengan nada suara penuh harap.(*)