LINEAR.CO.ID | SUBULUSSALAM – REA bocah Balita yang diagnosa mengidap penyakit Hipospadia Undesensus Testis (UDT) dituding korban malpraktik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam, Ibu pasien meminta pertanggung jawaban dari pihak Rumah Sakit tersebut. Jumat, (28/3).
Pasalnya, REA (2) ini sempat di tangani oleh dr disana. Namun, setelah dilakukan operasi, bukannya berkurang, penyakitnya malah bertambah.
Oleh karena itu, Ibunda pasien Desi Khairani meminta agar pihak Rumah Sakit bertanggung jawab atas dugaan malpraktik yang dilakukan dr RSUD tersebut, kepada anaknya.
“Kata dr ini harus segera di operasi, jika tidak ini akan menyebabkan kanker. Kata dr itu bisa diatasi di RSUD Subulussalam, dengan dalih ia pernah menangani hal yang serupa,” ungkapnya, Kamis, (27/3).
Dijelaskan Desi, pada 19 Februari 2025 anaknya dilakukan penanganan operasi, setelah dilakukan operasi dr menjelaskan kepadanya tidak langsung menurun ke skrotumnya. Operasi itu merupakan upaya pemaksaan penurunan testis.
“Pasca di operasi, hingga hari ini keadaan testisnya masih bengkak. Lantaran sering saya kompres, sehingga tidak terlalu bengkak,” ungkapnya.
Ia mengaku, telah menanyakan hal tersebut kepada dr yang menangani. Namun, ia tidak mendapat jawaban yang puas dari dr.
Dalam keterangannya kepada media ini, setelah konsultasi yang ke dua kalikannya, ia juga menjumpai humas RSUD dalam rangka menyampaikan keluhan anaknya yang di duga korban malpraktik itu.
“Humas mengatakan menerima keluhan kami, dan akan menyampaikan pimpinannya. Kemudian akan dilakukan mediasi bersama, hingga saat ini belum juga adanya upaya mediasi yang di maksud,” bebernya.
Tidak hanya dengan humas, ia juga sempat bertemu langsung dengan direktur RSUD. Namun direktur hanya mendengarkan keluhannya.
Ia pun berharap, hal ini di dudukkan dan dibahas secara bersama, terkait penanganan yang dilakukan oleh pihak dr di RSUD setempat itu.
Disamping itu, dr yang menangani anaknya membenarkan bahwa REA anak dari Desi Khairani diagnosa mengidap penyakit Hipospadia dan UDT yang merupakan kelainan didapat sejak lahir di bagian penisnya. Sehingga pada saat buang air mengakibatkan tidak lurus.
Sementara Undesensus Testis (UDT) tersebut, testis yang tidak langsung turun ke Skrotum. Testis dibagian sebelah kiri dan kananya tidak berposisi di Skrotum melainkan dilipatan Paha kearah Perut.
Sebelumnya, untuk Hipospadianya, ia telah melakukan Operasi beberapa kali di Banda Aceh, mungkin karena jarak tempuhnya yang terlalu jauh, Ibu si pasien meminta di tangani UDT nya di RSUD Subulussalam.
Pada saat dilakukan Operasi testisnya itu ditarik kemudian di ikat menggunakan benang khusus. Sekira Dua mingguan, dikarenakan pasien ini lasak, benangnya terlepas. Karena benangnya lepas, akhirnya testisnya itu kembali ketempat semula.
dr ini pun mengakui bahwa pihaknya telah mengedukasi, bahwa untuk penurunan testis ini tidak serta merta dapat dilakukan. Seperti pasien yang serupa, kita butuh waktu selam 6 Bulan agar testisnya kembali.
“Sebelumnya kita sudah mengedukasi bahwa testis ini tidak serta merta turun setelah di operasi, nah mungkin karena itu Ibu si pasien menganggap anaknya jadi Malpraktik. Seperti kita berobat kepada dr, jika tidak sembuh apakah itu dikatakan malpraktik,,” jelas dr RSUD yang menangani si Pasien. (*)