LINEAR.CO.ID | ACEH BARAT DAYA – Pelayanan medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan (RSUD-TP), Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), menuai sorotan tajam dari keluarga pasien.
Sejumlah pihak menilai pelayanan rumah sakit rujukan utama di Abdya itu tidak berjalan optimal, bahkan terkesan lamban dalam menangani pasien dengan kondisi darurat.
Keluhan tersebut disampaikan beberapa keluarga pasien. Mereka mengaku khawatir akan adanya dampak terhadap pelayanan medis yang tengah diterima anggota keluarga mereka jika identitas dipublikasikan.
Salah satu keluarga pasien, Hasrida, warga Kecamatan Babahrot mengungkapkan, sejak awal kedatangan ke IGD RSUD Teungku Peukan, mereka telah dihadapkan pada berbagai persoalan administratif hingga teknis pelayanan medis.
“Kami masuk ke sini banyak kendala soal pelayanan. Mulai dari berkas pasien yang sempat hilang, sampai alasan ruangan rawat inap yang katanya tidak tersedia,” ujarnya kepada wartawan, Senin (22-12-2025).
Ia menuturkan, kondisi tersebut membuat keluarga pasien harus menunggu cukup lama tanpa kejelasan, padahal pasien datang dalam kondisi yang membutuhkan penanganan segera.
Situasi di IGD, menurutnya, tidak mencerminkan prinsip layanan cepat dan tanggap sebagaimana mestinya berlaku di unit gawat darurat.
Lebih lanjut, keluarga pasien mempertanyakan alasan keterbatasan ruang rawat inap yang disampaikan pihak rumah sakit.
Pasalnya, mereka mengaku sempat melakukan pengecekan langsung ke sejumlah ruangan dan mendapati masih ada kamar yang dinilai layak untuk ditempati pasien.
“Setelah kami cek sendiri, ternyata ada beberapa ruangan yang masih bisa dimasukkan pasien. Tapi tetap saja kami diminta menunggu tanpa kepastian,” katanya.
Lebih parah lagi, ada pasien yang baru masuk, setelah dilakukan pendataan di IGD langsung mendapatkan ruangan.
“Ada pasien baru datang, setelah diperiksa dan didata langsung mendapatkan ruangan, kami yang sudah duluan malah tidak dapat, padahal ruangan yang sama,” akunya.
Kondisi tersebut memicu kekecewaan sekaligus tekanan psikologis bagi keluarga pasien. Dalam situasi darurat, mereka berharap pasien bisa segera mendapatkan perawatan lanjutan, bukan justru dihadapkan pada proses tunggu yang berlarut-larut.
Tak hanya itu, keluarga pasien juga menyebut bahwa pelayanan medis baru berjalan setelah terjadi perdebatan atau adu argumen antara pihak keluarga dengan petugas rumah sakit.
Hal ini menimbulkan kesan bahwa respons cepat baru diberikan setelah adanya tekanan dari keluarga pasien.
“Kami merasa harus bersuara keras dulu, baru ada tindakan. Ini yang sangat kami sesalkan,” ujarnya tersebut.
Sebagai fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah, RSUD Teungku Peukan memiliki peran vital dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Abdya.
IGD sendiri seharusnya menjadi garda terdepan dalam penanganan kasus-kasus darurat yang menuntut kecepatan, ketepatan, dan profesionalisme tenaga medis.
Dalam standar pelayanan kesehatan, IGD diwajibkan memberikan respons cepat tanpa diskriminasi, terutama terhadap pasien dengan kondisi gawat dan mengancam nyawa.
Keterlambatan penanganan berpotensi memperburuk kondisi pasien dan dapat berujung pada risiko medis yang lebih serius.
Situasi yang dialami keluarga pasien ini dinilai bertolak belakang dengan harapan masyarakat terhadap layanan kesehatan publik.
Terlebih, rumah sakit daerah merupakan institusi yang dibiayai oleh anggaran negara dan daerah, sehingga akuntabilitas pelayanan menjadi tuntutan mutlak.
Keluarga pasien berharap manajemen RSUD Teungku Peukan segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pelayanan, khususnya di IGD.
Mereka menilai perlu adanya pembenahan serius, baik dari sisi manajemen administrasi, ketersediaan ruang rawat inap, maupun pola komunikasi antara petugas medis dan keluarga pasien.
“Kami tidak ingin kejadian seperti ini terus berulang dan dialami oleh masyarakat lain. Rumah sakit ini milik publik, seharusnya pelayanannya juga berpihak pada publik,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak manajemen RSUD Teungku Peukan belum memberikan keterangan resmi terkait keluhan tersebut.
Upaya konfirmasi yang dilakukan wartawan kepada pihak rumah sakit belum membuahkan hasil, beberapa kali dihubungi Direktur RSUD Teungku Peukan, tidak mendapatkan respon.(*)


