Banda Aceh Subulussalam
Beranda | Buku Refleksi Pemuda untuk Lingkungan Aceh di Luncurkan

Buku Refleksi Pemuda untuk Lingkungan Aceh di Luncurkan

LINEAR.CO.ID | SUBULUSSALAM – Para pemuda dari 17 kabupaten/kota se Aceh menyampaikan rekomendasi lingkungan melalui peluncuran Buku Rekomendasi Orang Muda untuk Lingkungan di Aceh Tahun 2025, Kamis, (27/11/25), di Banda Aceh.

Buku tersebut, disusun sebagai tindak lanjut dari Aceh Youth Environnment Conference (AYEC) 2025 yang dilaksanakan pada Juni lalu.

Kegiatan peluncuran buku itu, diinisiasikan oleh Bu-Moe? Fest dengan kolaborasi antara Yayasan HAkA dan ALSA Local Chapter USK.

Dalam pemaparan, salah satu penulis, Muhammad Khalil, menyoroti kondisi krisis ekologi saat ini, di Aceh, yang semakin mengkhawatirkan. Terutama terkait tekanan terhadap habitat dan keselamatan satwa liar.

“Bencana alam, kekeringan, gagal panen serta penyusutan habitat satwa liar berpotensi memunculkan interaksi negatif antara manusia dan satwa,” ungkapnya.

Kota Subulussalam Raih Juara 1 Tingkat Nasional pada Apresiasi GTK 2025

Pernyataannya tersebut, merangkum keresahan pemuda terhadap peningkatan konflik satwa dengan manusia di Aceh.

Dari aspek deforestasi, penulis Risma Daulay menekankan urgensi penguatan kapasitas masyarakat gampong dalam pengawasan kawasan hutan.

la mengusulkan model community-based patrol serta pentingnya penguatan regulasi pendidikan konservasi dalam kurikulum sekolah yang selaras dengan nilai-nilai Syariat Islam.

Menurut Risma, mitigasi deforestasi hanya dapat berjalan efektif apabila masyarakat dibekali kapasitas dan ruang partisipasi yang kuat.

Sementara itu, penulis Muhammad Resqi menyampaikan kritik tajam terhadap praktik tambang dan pembangunan infrastruktur di Aceh.

18 Sekolah di Subulussalam Terendam Banjir, Belajar Tatap Muka Dihentikan

“Pertambangan selalu dijanjikan membawa kemajuan, namun pada kenyataannya, masyarakatlah yang menjadi korban dari dampak ekologis tambang. Banyak wilayah berubah menjadi tragedi sosial,” ujarnya.

la menambahkan, bahwa praktik pertambangan yang tidak taat aturan memperburuk risiko bencana dan mengancam ruang hidup masyarakat sekitar.

Pada kesempatan yang sama, Tezar Pahlevie, mewakili Yayasan HAkA dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi tinggi atas keterlibatan dan kepedulian anak muda terhadap isu lingkungan diwilayah Aceh.

“Kami sangat mengapresiasi seluruh pemuda yang telah memberikan rekomendasi untuk lingkungan. Ini bukti bahwa anak muda Aceh tidak tinggal diam, tetapi ikut memikirkan arah kebijakan ekologis di masa depan,” tuturnya.

Dalam kilas balik Bu-Moe? Fest, Raja Mulkan turut menegaskan pentingnya rekomendasi ini sebagai suara kolektif anak muda di provinsi Aceh.

Kelompok Tani Napa Silak Gagal Panen, Kerugian Ditaksir 250 Juta

“Rekomendasi ini akan kita kirimkan dan audiensikan kepada pemerintah maupun instansi terkait. Harapannya, buku ini dapat menjadi refleksi pemerintah dalam menyusun dan mendasari kebijakan, terutama kebijakan lingkungan,” pungkasnya.

Perlu diketahui, AYEC 2025 diikuti oleh pemuda yang berasal dari berbagai komunitas, organisasi, dan latar belakang, membawa keberagaman perspektif dalam merumuskan rekomendasi.

Terkumpulnya rekomendasi itu, kemudian disatukan dalam sebuah buku yang akan diserahkan kepada pemangku kebijakan di tingkat daerah maupun nasional.

Penyusunan buku tersebut, bertujuan memberikan suara kolektif anak muda Aceh terhadap isu-isu krusial seperti deforestasi, pertambangan, krisis satwa liar, energi, perubahan iklim, dan tata kelola lingkungan.

Selain menjadi ruang konsolidasi gagasan, AYEC juga menjadi bentuk nyata partisipasi publik anak muda dalam proses kebijakan.

Kegiatan ini diselenggarakan sebagai kolaborasi antara Yayasan HAkA dan ALSA Local Chapter USK sebagai bentuk komitmen memperkuat kesadaran serta advokasi lingkungan di Aceh.

Buku rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi rujukan strategis bagi pemerintah dan lembaga terkait dalam merumuskan kebijakan berbasis keberlanjutan, serta memastikan masa depan ekologis Aceh tetap terjaga. (*)

×
×