LINEAR.CO.ID | LHOKSEUMAWE – Upaya percepatan penurunan stunting di Kota Lhokseumawe menunjukkan hasil yang signifikan. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dirilis pada Mei 2025, angka prevalensi stunting di Kota Lhokseumawe tercatat sebesar 17,4%. Angka ini menurun tajam dibandingkan tahun 2023 yang berada di angka 20,1%, dan jauh lebih rendah dari tahun 2022 yang mencapai 28,7%.
Penurunan ini merupakan buah dari kolaborasi lintas sektor yang konsisten dan berkelanjutan, termasuk intervensi spesifik dan sensitif yang dilaksanakan oleh pemerintah kota bersama mitra pembangunan, dunia usaha, serta peran aktif masyarakat.
Wali Kota Lhokseumawe, Sayuti Abubakar menyampaikan apresiasi atas kerja keras semua pihak yang telah mendukung percepatan penurunan stunting. “Hasil ini menunjukkan bahwa program intervensi yang kita jalankan berjalan ke arah yang tepat. Kami akan terus memperkuat upaya di lapangan agar target nasional 14% pada akhir tahun 2025 sebagaimana diamanatkan dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021 dapat tercapai,” ujarnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Salahuddin, menyebutkan bahwa faktor utama penurunan ini adalah peningkatan edukasi pola asuh, pemenuhan gizi anak dan ibu hamil, serta pelaksanaan audit kasus stunting yang efektif. “Kami fokus pada perbaikan pola asuh, sanitasi, dan pendampingan keluarga berisiko stunting melalui Tim Pendamping Keluarga (TPK),” jelasnya.
Pemerintah Kota Lhokseumawe menegaskan komitmennya untuk melanjutkan berbagai program percepatan, termasuk intervensi gizi spesifik bagi ibu hamil dan balita, peningkatan cakupan ASI eksklusif, serta penguatan Posyandu sebagai garda terdepan layanan dasar masyarakat.
Dengan tren penurunan yang signifikan ini, Kota Lhokseumawe optimis dapat mencapai target nasional dan mewujudkan generasi emas bebas stunting di masa depan.
