Banda Aceh
Beranda | Aceh dalam Kepungan Air: Data Angka di Balik Realitas Penderitaan 120 Ribu Jiwa

Aceh dalam Kepungan Air: Data Angka di Balik Realitas Penderitaan 120 Ribu Jiwa

LINEAR.CO.ID | BANDA ACEH – Jalanan, yang semula menjadi urat nadi pergerakan, kini berubah menjadi sungai cokelat yang dingin. Di balik penetapan status darurat, ribuan keluarga di Aceh menghadapi kenyataan pahit: rumah mereka terendam, dan harta benda mereka hilang ditelan banjir serta longsor.

Sejak 18 November 2025, krisis hidrometeorologi telah mengoyak 16 kabupaten/kota di Serambi Mekkah. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat angka yang mengerikan: 33.817 keluarga (setara 119.988 jiwa) terdampak langsung, dengan 20.759 orang terpaksa mengungsi,meninggalkan segalanya demi mencari tempat yang kering dan aman.

Pemicu bencana ini adalah kombinasi mematikan antara curah hujan ekstrem, angin kencang, dan kondisi tanah yang labil, yang menghasilkan banjir bandang, longsor, dan tanah bergerak di seluruh provinsi.

Tragedi di Bener Meriah dan Kehilangan Nyawa

Di Kabupaten Bener Meriah, hujan deras memicu longsor di Desa Pantai Kemuning, Timang Gajah, pada 19 November. Lebih tragis lagi, banjir bandang di Kecamatan Wih Pesam dilaporkan telah menghilangkan satu orang, yang terseret arus deras. Kesepuluh kecamatan di sana kini berjuang melawan genangan.

Di sudut lain, Kota Lhokseumawe dan Aceh Timur juga bernasib sama. Di Aceh Timur, dampak bencana begitu parah hingga tiga rumah dinyatakan rusak berat, puing-puing sisa terjangan air dan angin kencang. Total 2.456 jiwa di sana harus mengungsi, meninggalkan genangan yang tak kunjung surut.

Warga Aceh Timur Meninggal Dunia Terseret Arus Banjir Sejauh 3 Km

Barisan Pengungsi yang Memanjang

Kondisi pengungsian terparah terjadi di Pidie, di mana 7.585 jiwa memadati posko-posko darurat, menunggu dengan cemas air surut. Di Aceh Singkil, luapan Sungai Lae Cinedang merendam 11 kecamatan hingga setinggi 80 cm, memaksa 25.827 jiwa bergelut dengan ancaman banjir susulan.

Ketidakberdayaan ini menjangkiti hampir setiap daerah. Di Aceh Barat, air masih menggenang setinggi 130 cm, sementara di Kota Langsa, genangan mencapai 40 cm, diperparah oleh air kiriman dari perkebunan kelapa sawit yang merendam 110 rumah di Desa Paya Bujok Seulemak.

Status Darurat dan Perintah Siaga Penuh

Merespons kondisi yang kian kritis, delapan kepala daerah telah menetapkan status darurat bencana, termasuk Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Utara. Plt Kepala Pelaksana BPBA, Fadmi Ridwan, menegaskan bahwa penetapan ini adalah upaya percepatan penanganan.

Seluruh Bupati dan Wali Kota kini berada dalam tekanan untuk segera bertindak. Instruksi pemerintah pusat jelas: aktifkan posko siaga, lakukan evakuasi cepat, dan siapkan logistik darurat untuk memenuhi kebutuhan dasar para korban yang kini kehilangan tempat berteduh dan akses kesehatan normal.

BPBA terus berkoordinasi dengan BPBD di lapangan, namun realitas di lapangan membutuhkan kerja sama semua pihak. Bagi masyarakat, imbauan sederhana menjadi sangat vital: segera evakuasi diri ke tempat lebih tinggi, matikan listrik dan gas, dan jauhi lereng bukit saat hujan.

Pemerintah Aceh Tetapkan Status Darurat Bencana Hidrometeorologi 2025

Di balik angka puluhan ribu yang disajikan dalam laporan, tersembunyi perjuangan ribuan wajah yang kehilangan stabilitas hidup mereka, menanti kapan air akan surut dan mereka bisa kembali membangun puing-puing yang tersisa.

×
×