Banda Aceh

Riuh-Piuh Pilkada, Nanggroe Institute dan Korwil Korps PII Wati Aceh gelar “Pendidikan Politik”

127
×

Riuh-Piuh Pilkada, Nanggroe Institute dan Korwil Korps PII Wati Aceh gelar “Pendidikan Politik”

Sebarkan artikel ini

LINEAR.CO.ID|BANDA ACEH– Nanggroe Institute bersama Koordinator Wilayah Korps PII Aceh, menggelar diskusi yang bertema Pendidikan Politik, Refleksi Menjelang Pilkada 2024, terkait Moral, Etika dan Pemilih Cerdas, Senin 25 November 2024.

Adapun kegiatan tersebut ikut menghadirkan Mukhlis Mukhtar S.H selaku Pengamat Politik dan Hukum, Muhammad Zar S.E selaku Anggota KIP Banda Aceh, Azharul Husna selaku Koordinator Kontras Aceh.

Kegiatan tersebut di hadiri oleh 70 peserta yang berasal dari unsur mahasiswa, LSM, Komunitas, Ormas Perempuan dan bahkan para pemilih pemula. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Aula Dinas Sosial Aceh pada Ahad siang 24 November 2024.

Tujuan kegiatan yakni dari keresahan yang terjadi dalam Pilkada aceh yang masih riuh-riuh dan kegiatan tersebut salah satu kritikan untuk berbagai pihak terutama penyelenggara pemilu dan partai-partai politik pragmatis.

Founder Nanggroe, Muhammad Zikri S.IP, mengatkan yang seharusnya menjadi alat pendidikan politik namun malah menjadi alat perusak demokrasi seperti money politik dan kursi-kursi para calon kepala daerah yang harus berbayar.

Adapun Husnul Amalia Soleha selaku Ketua Korwil Korps PII Wati Aceh, bahwa perempuan memiliki peran dalam berbagai hal yaitu dalam dunia politik maka diskusi pendidikan politik ini sangat krusial dalam mengedukasi perempuan dalam paradigma pilkada yang akan berlangsung dalam waktu dekat.

“Sehingga dapat menampung aspirasi dan merealisasikan hak-hak perempuan dan anak. Mari teguhkan integritas tolak money politik karena pemimpin amanah tidak lahir dari sistem yang batil,”ujar Husnul Amalia.

Husnul mengatakan, banyak ruang-ruang publik yang tidak ramah akan perempuan dan dalam sejarah konflik aceh banyak peran yang di isi perempuan karena ketiadaan lelaki yang menjadi korban konflik namun peran tersebut direbut kembali pasca damai oleh kalangan lelaki.

“Jika perempuan tidak dilibat dari 4 pilar kontrolnya, aksesnya, partisipasi, manfaatnya hal itu jauh dari kata adil. namun jika ada perempuan yg di gadang-gadang menjadi pemimpin apakah perempuan harus memilih perempuan namun tidak membawa hak-hak perempuan itu hanya persoalan jender dengan tanpa kutip kita harus memilih perempuan yang adil” ungkap Azharul husna Koordinator Kontras Aceh,”jelas Husnul.

Kemudian Mukhlis Mukhtar S.H, selaku Pengamat Politik & Hukum Senior, mengatkan cara menjadi pemilih cerdas adalah melihat Visi-Misi dari semua pasangan calon dan menjadi pemilih yang cerdas akan melahirkan pemimpin yang lebih baik dan berkualitas untuk memimpin aceh. KIP Banda Aceh juga telah memberi upaya edukasi pemilih baik kalangan remaja baik itu disekolah, pesantren, di kampus dan disabilitas. KIP Banda Aceh juga mengajak para pemilih muda untuk tidak golput.

“Pilkada sebenarnya komitmen Damai antara Aceh dan Jakarta (RI) Yang di atur dalam UUPA dan banyak dalam pandangan beliau pilkada ambur-radur atau masih bermasalah baik peserta dan penyelenggara, beliau berharap pilkada harus dilaksanakan sesuai UUPA salah satunya di pasal 7 ayat 1 dan pasal 56 sampai 73. “Ungkap Mukhlis Mukhtar.