Google
Daerah

Puskesmas Babahrot Diduga Telantarkan Pasien

147
×

Puskesmas Babahrot Diduga Telantarkan Pasien

Sebarkan artikel ini
Puskesmas Babahrot

LINEAR.CO.ID | ACEH BARAT DAYA – Puskesmas Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), diduga telantarkan salah seorang pasien melahirkan, kejadian tersebut pun viral di media sosial dan menjadi pembahasan publik.

Dalam video berdurasi 1 menit 14 detik yang diunggah oleh akun aplikasi TikTok @martunis.sortase tersebut hingga Kamis (16/9), telah ditonton 6.522 kali. Selain itu, beragam komentar juga turut ditinggalkan oleh netizen di video tersebut.

Berdasarkan keterangan video tersebut, dia (@martunis.sortase) terpaksa mengambil inisitif membawa istrinya ke bidan praktek, diduga karena petugas Puskesmas Babahrot tidak menangani keluhan pasien yang segera melahirkan.

Setelah beberapa saat dibawa secara mandiri ke bidan praktek, hanya berselang sekitar satu jam, istrinya itu langsung melahirkan dengan ditangani oleh bidan yang letaknya di Kecamatan Kuala Batee dengan menempuh perjalanan sekitar setengah jam.

“Jam 2.00 Wib ditangani sebentar setelah itu sampai jam 4.00 Wib tidak diperiksa. Sebab perkiraan jam 10.00 Wib pagi melahirkan, jam 4.30 saya larikan ke bidan praktek. Jam 5.30 Wib sudah melahirkan istri saya,” tulis akun bernama @martunis.sortase (SigengTMC).

Tidak hanya di satu video saja, pada unggahan video selanjutnya berdurasi 35 detik dan telah ditonton lebih dari 22 ribu kali itu, pengunggah juga menuliskan bahwa jika istrinya tersebut tidak segera dibawa ke bidan praktek, diperkirakan istrinya akan melahirkan tanpa pertolongan medis.

Bedasarkan kebenaran video tersebut dan berhasil berkomunikasi dengan Martunis, suami dari pasien berinisial ND, warga Desa Cemeuceut, Kecamatan Mila, Kabupaten Pidie, Aceh.

Dalam kilas balik yang disampaikan Martunis via telepon seluler, kejadian tersebut terjadi pada Selasa (6/9) lalu. Tujuan dibuatkan video tersebut sebagai bukti tentang buruknya pelayanan medis di Puskesmas Babahrot Abdya terhadap pasien.

“Kejadiannya malam Selasa. Jadi seperti ini, saya bawa istri ke Puskesmas Babahrot sekitar jam 12.00 Wib karena istri saya telah mendesak melahirkan. Sesampai di sana, setengah gila saya cari petugas, tidak ada yang bangun satu orang pun, padahal sudah capek saya ketuk pintu,” jelasnya.

Namun setelah berupaya mencari petugas, kata Martunis, akhirnya dia menemukan petugas dan menyampaikan bahwa istrinya akan melahirkan. Selanjutnya, petugas memeriksa istrinya dan diketahui bahwa istrinya sudah pembukaan dua atau pembukaan telah 2 centimeter.

“Karena disampaikan begitu, saya putuskan agar dirawat di puskesmas saja untuk tetap mendapatkan pelayanan medis lebih maksimal. Namun petugas menyarankan agar istri saya dibawa pulang saja, karena orang yang akan melahirkan memang seperti itu,” ungkapnya.

Selanjutnya, setelah dirinya bersikukuh agar istrinya tetap dirawat di puskesmas karena dalam keadaan mendesak. Kemudian, berdasarkan pengakuannya, pasien ditelantarkan di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) tanpa dibawa ke ruang inap pasien.

“Di UGD mereka lepas tangan, obat tidak dikasih, infus juga tidak ada, kata mereka tidak apa-apa karena memang seperti itu reaksi orang melahirkan. Sekitar jam 4.00 Wib saya panggil petugas karena istri saya telah mengeluarkan darah, tapi tidak ada respon dari petugas,” kata Martunis.

Karena sebagai barang bukti, kata Martunis, dia memutuskan untuk mendokumentasikan hal tersebut dengan video, agar dia memegang barang bukti tentang buruknya pelayanan Puskesmas Babahrot. Selanjutnya dia dan keluarga memutuskan agar istrinya tersebut dibawa ke bidan praktek yang berlokasi di Kecamatan Kuala Batee, Abdya sekira pukul 4.00 Wib.

“Sampai di bidan praktek sekitar pukul 4.30 Wib istri saya ditangani secara langsung dipasang infus dan sebagainya, tidak lama setelah itu istri saya langsung melahirkan. Alhamdulillah istri dan anak saya selamat dalam proses persalinan,” tutur Martunis, suami pasien melahirkan.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Abdya, Safliati, mengaku kejadian tersebut terjadi beberapa waktu yang lalu. Dari informasi yang diproleh, sebelum ke Puskesmas Babahrot pasien sempat ke klinik praktek bidan.

“Dari tempat praktek menyatakan bahwa pasien sudah pembukaan satu, dan menyarankan pasien untuk pulang dulu. Kemudian pasien singgah di puskesmas dan diperiksa oleh petugas. Dari pernyataan suami pasien, mereka tidak mungkin pulang ke rumah karena alasan jarak jauh dan keluarga meminta untuk menginap di puskesmas,” jelas Safliati.

Terkait tidak diberikan obat dan infus, Safliati mengungkapkan bahwa karena proses persalinan diperkirakan masih lama dan kondisi pasien masih dalam keadaan baik. Hal itu dilakukan agar pasien bisa bebas berjalan-jalan sehingga tidak dilakukan pemasangan infus oleh petugas piket Puskesmas Babahrot.

“Petugas juga menyampaikan ke suami pasien, jika istrinya tersebut merasa sakit atau keluhan, agar disampaikan ke petugas agar mendapatkan pelayanan medis. Namun suami pasien tidak melakukan hal tersebut, bahkan pergi dari puskesmas tanpa pamit,” ucapnya.

Namun tidak terlepas dari itu, terkait yang disampaikan oleh keluarga pasien, pihaknya akan menegur petugas yang diduga tidak memberikan pelayanan maksimal terhadap pasien, sehingga kasus tersebut viral di media sosial TikTok.

“Itulah mungkin karena keteledoran petugas. Seharusnya, walaupun belum sampai waktu, belum pembukaan tetap dikontrol dan didampingi oleh keluarga. Kami akan tegur mereka, statusnya juga tidak disampaikan kami permasalahan ini,” ucap Safliati.

Safliati mengimbau agar semua petugas puskesmas tetap harus melayani setiap pasien yang membutuhkan pertolongan medis, walaupun ada pihak keluarga yang menjaga pasien.

“Kita meminta, siapapun itu pasiennya, petugas tetap harus mengawasi, walaupun ada pihak keluarga yang menjaga pasien. Hal tersebut bukan hanya untuk Puskesmas Babahrot saja, namun untuk seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Abdya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *