Subulussalam

Obat di RSUD Subulussalam Kosong, dr Spesialis Curhat di Sosmed

942
×

Obat di RSUD Subulussalam Kosong, dr Spesialis Curhat di Sosmed

Sebarkan artikel ini

LINEAR.CO.ID | SUBULUSSALAM – Tak jarang ditemukan kabar kekosongan obat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) plat merah di Kota Subulussalam ini. Hingga salah satu dr spesialis mencurahkan isi hati (Curhat) di Sosial Media (Sosmed) laman Facebook pribadi nya.

Ia menulis jelas kronologi di RSUD yang di hadapinya pada saat jadwal bertugasnya di hari Kamis, 16 Januari 2025 kemarin. Sehingga ia memberi judul curhatnya itu “Kamis Kelabu”.

Berikut curhatan dr Risdianty Saragih di laman Facebook pribadinya. Jumat, (17/01/25). Kamis Kelabu.

Hari Selasa dan Kamis adalah jadwal saya bertugas di poliklinik RSUD Kota Subulussalam.

Seperti biasa, saya menjalankan tugas saya seperti hari-hari sebelumnya. Tapi sungguh, Kamis ini saya sungguh sudah tak mampu lagi menahan rasa sedih.

Walaupun sebenarnya hal ini sudah berlangsung lama, tapi kamis kemarin saya sungguh tak bisa lagi menahan rasa sedih dan pedih.

Sebut saja namanya pak padal, laki-laki perawakan kecil yang datang dengan baju compang camping, dari penampilan luarnya sungguh saya bisa menebak bagaimana kondisi ekonomi bapak ini.

Riwayat sakit tuberkulosis lama, diparunya banyak sekali jaringan fibrosis yg membuatnya selalu sesak nafas dan ketergantungan pelega nafas (inhaler).

Jangankan beraktifitas, duduk aja beliau sesak nafas. Selesai diperiksa, saya meresepkan obat, tapi sungguh sedih ternyata obat yg beliau butuhkan semuanya kosong.

Pak padal hanya bisa termangu sedih, bayangkan menunggu sejak jam 7 pagi dan baru ketemu dokter jam 2 siang (karena antrian pasien yg sangat panjang) dan diakhiri dengan obat yang tidak tersedia. Betapa sia-sianya penantian panjangnya hari ini.

Cerita mirip pak padal ini bukan hanya satu yang terjadi kemarin, selain obat inhaler ternyata insulin untuk pasien diabetes juga sudah banyak yang habis sehingga banyak pasien diabetes yg tidak mendapatkan obat yang seharusnya.

Cerita seperti ini sudah lama terjadi dan berulang, besok obat A yang habis, besok obat B yang kosong, besok lagi obat C yang kosong dst.

Kalau obat tersebut hanya vitamin dan obat pelengkap tentu kita tidak perlu risaukan, tapi obat-obat pentinglah yang sering kosong. Selain itu dr spesialis ini juga mengatakan obat emergency juga beberapa kali kosong, dan obat bius, benang jahitpun pernah habis.

Sebelum memutuskan menulis di media sosial saya ini, entah sudah berapa kali kami menyampaikan hal ini kepada para pengambil kebijakan di RSUD tercinta ini. Mengadu ke Kabid terkait hingga direktur Jawabannya membuat kesal.

Instalasi farmasi mengatakan, mereka sudah memesan obatnya tapi belum datang juga dokter, karena terkait hutang.

Sedangkan Kabid terkait menjawab, mohon maaf dokter, sudah dipesan tapi masih terkendala hutang, lagian saya juga gak wewenang penuh.

Semwntara jawaban Direktur hanya mengatakan Sabar ya dek, nanti kita sampaikan ke bidang pemesanan. Jawaban ini entah udah berapa kali berulang.

Sehingga masalah terus berulang, yang korban tetaplah masyarakat. Yang menghadapi kemarahan dan kekesalan masyarakat tetaplah Nakes terdepan seperti kami.

Tapi kami sungguh bisa merasakan kesedihan dan kemarahan pasien. Datang jauh dari ujung Sepang, dari dini hari datang dan mengantri hingga sore ternyata obat kosong, kekesalan mereka amat sangat wajar.

Jangan tanya sudah berapa kali kami para dokter spesialis mengadukan hal ini kepada Walikota defenitif dulu, bahkan hingga Penjabat walikota saat ini.

Bertemu langsung para spesialis dengan pemegang tampuk kekuasaan tertinggi di kota ini tak kurang dari 3 kali, dengan memohon kami meminta, tolong evaluasi jajaran manajemen kami agar kami bisa bekerja dengan baik. Hingga kini tak kunjung ada penyelesaiannya.

Wakil rakyat, tidak tahu mereka dimana. Bahkan ketika para spesialis mogokpun mereka tak ada bersuara. Saya tidak tau, apakah mereka masih merasa memerlukan RS ini. Padahal mereka wakil rakyat yang harusnya peka terhadap dinamika masyarakat secara konstituennya.

Kalau sudah tampuk pimpinan di kota ini tak lagi perduli dengan rakyatnya, saya berharap tulisan saya ini dibaca dan sampai pada bapak PJ gubernur yg mengayomi seluruh masyarakat Aceh, karena sejatinya walaupun kami tinggal diujung negeri Aceh, kami juga berhak mendapatkan layanan kesehatan dasar yg terbaik.

Kalau pada akhirnya tulisan saya ini juga tidak digubris oleh pemerintah Aceh, saya berharap tulisan saya ini dibaca oleh menteri kesehatan dan presiden RI bapak Prabowo Subianto, walaupun kami tinggal diujung negeri Indonesia tapi kami juga berhak mendapatkan layanan kesehatan dasar yang berkualitas.

Cukup sudah dagelan di RSUD ini kalau tidak ada lagi yang perduli, biarlah saya yang pasang badan. Saya tau dan sadar konsekuensi besar dari tulisan ini, tapi sungguh saya sudah tidak sanggup melihat kesedihan pasien-pasien saya karena korban yang sesungguhnya adalah mereka.

Saya dan beberapa teman mencoba melakukan survey internal pegawai RSUD terkait polemik semua ini, agar kami bisa objektif bersikap. Apakah rasa khawatir terhadap kondisi ini memang saya saja yg merasakan bahwa RS ini perlu dibenahi dan staf lainnya juga.

Hasilnya hampir 90 persen menyatakan ingin perubahan kondisi RSUD agar lebih baik lagi.

Semoga suara kami ini terdengar nyaring, terdengar hingga ke pusat pemerintahan kalau di negeri kami ini dianggap tidak ada yang kompeten menyelesaikan carut marut RS kami ini, kirim saja pejabat dari provinsi untuk membenahi RS ini
Kalau juga pejabat Provinsi tidak ada yang dianggap sanggup membenahi kondisi kami ini, kirim saja pejabat dari pusat untuk menyelamatkan kondisi kami ini.

“Semoga Allah melindungi kita semua
Semoga di hari Jum’at ini Allah memberikan kita berkahnya,” tutup dr Risdianty Saragih sembari memposting gambar survei internal mereka di RS tersebut. (*)