DaerahEkonomi

Jelang Tarif BBM Naik Sejumlah Kendaraan Bermotor Mengantri di SPBU Lhokseumawe

230
×

Jelang Tarif BBM Naik Sejumlah Kendaraan Bermotor Mengantri di SPBU Lhokseumawe

Sebarkan artikel ini
Tarif BBM
Antrian Panjang SPBU Kutablang, Rabu (31/8/2022), Foto: Maulidi Alfata

LINEAR.CO.ID | LHOKSEUMAWE – Menjelang kenaikan tarif BBM (Bahan Bakar Minyak) pada 1 September 2022 nanti, sejumlah kendaraan bermotor roda dua, roda tiga, dan roda empat mengantri di sepanjang jalan SPBU Kuta Blang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.

Pantauan linear.co.id pada Rabu (31/8/2022), antrian tersebut berlangsung semenjak jam 7:00 WIB pagi, sejumlah kendaraan bermotor mengantri untuk mendapat BBM yang harganya masih sama sebelum resmi naik.

“Besok sudah naik, jadi antri sekarang biar tahan sampai dan bisa kerja untuk lanjut aktivitas,” ujar seorang tukang becak Syamsuddin (50) yang ikut mengantri.

Antrian panjang tidak hanya terjadi di SPBU Kuta Blang, beberapa SPBU lainnya seperti, SPBU Cunda Uteun Koet, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, dan SPBU Blang Panyang, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe juga tampak terlihat antrian panjang kendaraan bermotor.

Presiden Joko widodo akan mengumumkan kenaikan tarif BBM pada 1 September 2022. diperkirakan tarif BBM yang akan naik dari harga sebelumnya yaitu, Pertalite Rp 7.650/liter naik menjadi Rp 10.000/liter, Pertamax Rp 12.500/liter naik menjadi Rp 16.000/liter, dan Solar Rp 5.150/liter naik menjadi Rp 7.200/liter.

Supervisor SPBU Kutablang Lhokseumawe, saat dikonfirmasi linear.id mengatakan pihaknya akan mengikuti arahan dari pertamina dan pemerintah.

“Soal kenaikan harga BBM konfirmasi saja sama pertamina, kami mengikuti arahan dan intruksi dari pertamina dan pemerintah,” jawab Bukhari.

Luhut Sebut Pemerintah Masih Susun Skema Penyesuai Harga BBM Subsidi

JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah masih menyusun skema penyesuaian harga untuk mengurangi beban kompensasi dan subsidi BBM di APBN.

Luhut mengatakan tingginya harga minyak mentah dunia mendorong meningkatnya gap harga keekonomian dan harga jual Pertalite dan solar dan berdampak pada kenaikan subsidi dan kompensasi energi.

Hingga saat ini, APBN menanggung subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 502 triliun. Tanpa ada penyesuaian kebijakan, angka ini bisa meningkat hingga lebih dari Rp 550 triliun pada akhir tahun.

“Pemerintah masih menghitung beberapa skenario penyesuaian subsidi dan kompensasi energi dengan memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (22/8/2022).

Namun, ia menegaskan harga subsidi BBM di Indonesia relatif lebih murah dibanding mayoritas negara di dunia.

Luhut menambahkan pemerintah pun tengah melakukan simulasi skenario pembatasan volume. “Pemerintah akan terus mendorong penggunaan aplikasi MyPertamina untuk mendapatkan data yang akurat sebelum pembatasan BBM diterapkan,” imbuhnya.

Namun demikian, Luhut memastikan pemerintah akan memperhitungkan rencana ini dengan sangat berhati-hati.

Perubahan kebijakan subsidi dan kompensasi energi nantinya perlu mempertimbangkan beberapa faktor seperti tingkat inflasi, kondisi fiskal, dan pemulihan ekonomi.

Hal tersebut menjadi sangat penting untuk tetap menjaga stabilitas negara di tengah ketidakpastian global. “Anggaran subsidi dan kompensasi energi nantinya dapat dialihkan untuk sektor lain yang lebih membutuhkan dan masyarakat yang kurang mampu mendapat program kompensasi,” lanjutnya.

Dalam upaya mengurangi subsidi dan kompensasi energi ini, pemerintah juga akan melakukan langkah-langkah lain seperti percepatan B40 dan adopsi kendaraan listrik.

“Yang perlu diingat, keputusan akhir (harga BBM) tetap di tangan Presiden. Namun, langkah awal yang perlu dilakukan adalah memastikan pasokan Pertamina untuk Pertalite dan Solar tetap lancar distribusinya,” tutup Luhut. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *