LINEAR.CO.ID | JAKARTA – Menteri Agama, Nasaruddin Umar, tengah mengupayakan realisasi pelaksanaan ibadah umrah menggunakan kapal pesiar (cruise), sebagaimana diusulkan oleh Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar.
Gagasan tersebut mengemuka dalam acara peluncuran State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report yang berlangsung di Gedung Kementerian PPN/Bappenas. Dalam kesempatan itu, Sapta menyampaikan bahwa pelaksanaan umrah dengan kapal pesiar sudah dilakukan di Malaysia dan telah ia sampaikan langsung kepada Menteri Agama.
Umrah menggunakan kapal pesiar tersebut dilakukan oleh perusahaan asal Malaysia, IslamiCruise, dengan memanfaatkan kapal mewah Costa Serena. Perjalanan dijadwalkan berangkat pada 5 Januari 2026 dari Port Klang, Malaysia, melewati Banda Aceh, Maldives, dan Salalah di Oman, sebelum akhirnya berlabuh di Jeddah, Arab Saudi.
“Ini yang saya waktu itu lapor dengan Pak Nasaruddin bahwa kapal pesiar sudah menanti untuk umrah, tapi sayangnya ownership-nya di sebelah, bukan di kita. Lumayan Rp 60 juta bisa belajar macam-macam selama perjalanan,” ujar Sapta pada Selasa (8/7/2025).
Sapta juga menambahkan bahwa waktu tempuh perjalanan umrah dengan kapal pesiar tersebut hanya 12 malam. Durasi ini dinilai jauh lebih efisien dibandingkan perjalanan laut di masa lampau.
“Kakek saya dulu dari Lampung ke Makah empat bulan naik kapal, sekarang 12 hari, dan cruise flight, pergi cruise, pulangnya pakai kapal terbang,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Nasaruddin Umar menyambut baik usulan itu dan menyebutnya sebagai perspektif baru dalam penyelenggaraan umrah dan haji. Ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah berdiskusi dengan sejumlah pejabat Arab Saudi untuk membahas kemungkinan pembukaan rute baru yang berakhir di Jeddah Islamic Port.
“Apa yang digagas oleh Bapak Nirwandar saya kira sangat perspektif ya. Terutama tadi memperkenalkan umrah dan haji melalui kapal laut. Kami juga kemarin berbicara dengan sejumlah pejabat di Saudi Arabia kemungkinan untuk itu dan itu terbuka peluang,” jelasnya.
Ia menambahkan, bila semua persyaratan teknis dan administratif dipenuhi, maka bukan tidak mungkin penyelenggaraan umrah menggunakan kapal pesiar bisa terealisasi di Indonesia. Namun, ia juga mengingatkan bahwa saat ini pelabuhan Jeddah tengah dalam proses pembangunan dan perbaikan infrastruktur.
“Karena di sini juga ada Jeddah pelabuhannya sedang dibangun sekarang untuk membuka peluang bagaimana supaya bukan hanya negara-negara yang kawasan dekat Jeddah bisa mengakses seperti Mesir, yang close to the Jeddah, tapi juga dari Indonesia, mungkin juga dari Asia Tenggara dan Asia lain bisa mengakses dari kawasan itu,” ungkap Nasaruddin.
Ia juga menekankan bahwa realisasi ide tersebut berpotensi menambah nilai ekonomi tersendiri bagi Arab Saudi.
“Dan dengan demikian itu mungkin juga akan menambah nilai, pendapatan tersendiri buat Saudi Arabia,” tegasnya.