LINEAR.CO.ID | ACEH BARAT DAYA – Pintu air irigasi di Kecamatan Tangan-Tangan, kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) tersumbat. Akibatnya, ribuan hektare lahan persawahan di kecamatan yang butuh dialiri air terancam gagal tanam. Minggu 06-04-2025.
Ancaman tersebut akibat tersumbatnya pintu induk air Irigasi Tangan-Tangan di Gampong Adan, Kecamatan Tangan-Tangan yang menyuplai kebutuhan air ke lahan persawahan di dua kemukiman tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, kondisi pintu induk irigasi dilaporkan tersumbat total dan belum ada tanda-tanda upaya perbaikan dari pihak terkait.
Warga menyebut, petugas pengelola pintu bendung belum terlihat turun ke lapangan untuk melakukan pembersihan atau pengecekan.
Kondisi ini membuat masyarakat tani di dua kemukiman tersebut resah. Pasalnya, mereka sedang bersiap memasuki masa garap lahan sawah, yang puncaknya ditandai dengan rencana persemaian benih pada 15 bulan Syawal mendatang.
Terhambatnya distribusi air dari irigasi bisa berakibat fatal terhadap keseluruhan musim tanam tahun ini.
“Satu-satunya sumber air untuk sawah kami hanya dari irigasi ini. Kalau tidak dibersihkan secepatnya, semua lahan bisa kering dan gagal tanam,” ujar Hasanuddin, salah satu petani di Kemukiman Tangan-Tangan Rayek.
Warga menyatakan bahwa Irigasi Tangan-Tangan merupakan satu-satunya saluran vital yang menyuplai air ke ribuan hektare lahan sawah di dua kemukiman.
Oleh karena itu, tersumbatnya pintu air utama menjadi ancaman serius terhadap ketahanan pangan lokal serta keberlangsungan hidup para petani.
Kekhawatiran semakin meningkat karena belum ada langkah konkret dari pemerintah daerah maupun instansi teknis terkait untuk mengatasi permasalahan ini.
Warga menuntut agar pintu air segera dibersihkan dan difungsikan kembali.
“Kami mohon perhatian dari pemerintah. Jangan sampai ini dibiarkan berlarut. Kalau sudah gagal tanam, dampaknya akan sangat berat bagi kami petani kecil,” keluh Mahyuddin, tokoh masyarakat di Kemukiman Bineh Krueng.
Saat ini, kata Alizar warga Kecamatan Tangan-Tangan lainnya, masyarakat tani di dua Kemukiman tersebut memanfaatkan air hujan untuk menggarap lahan sawahnya.
Masyarakat berharap pemerintah kabupaten, melalui dinas terkait, segera menurunkan alat berat dan tenaga teknis untuk membuka sumbatan yang terjadi di pintu induk irigasi tersebut.
Mereka juga mendesak adanya monitoring berkala agar kejadian serupa tidak terus berulang setiap musim tanam.
Jika tidak segera ditangani, bukan hanya ekonomi petani yang terdampak, namun juga ketahanan pangan di kawasan tersebut bisa terganggu.(*)