LINEAR.CO.ID | ACEH BARAT DAYA – Puluhan petani di Kecamatan Kuala Batee terutama Desa Blang Makmur dan Desa Kuala Tereubu harus rela melepas gabah yang baru di panen dengan harga Rp 6.000/ Kg kepada agen yang membeli langsung ke petani.
Meski pemerintah Presiden Prabowo sudah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500/Kg namun para petani di dua desa tersebut belum dapat menikmati harga tersebut karena para agen kompak membeli dengan harga Rp 6.000/Kg.
Yusrizal warga Kuala Teurubu Kecamatan Kuala Batee Minggu 7 Februari 2025 mengaku, harus rela melepas gabah pasca panen kepada agen dengan harga Rp 6.000/Kg.
“Kami petani harus rela gabah kami dihargai Rp 6.000/Kg oleh agen karena para agen yang masuk hanya mau membeli dengan harga Rp 6.000/Kg,”jelasnya.
Dia berharap ada pihak yang mau membeli gabah petani diatas Rp 6.000/Kg, apalagi saat panen kali ini Kabupaten Abdya tidak diguyur hujan seperti panen sebelumnya.
Soal Forum Bulog wajib membeli gabah petani bila harga di bawah HPP, dirinya mengaku tidak tau sama sekali. “Saya tidak tau ada Bulog yang mau beli padi kami dengan harga Rp 6.500/Kg,” ujarnya sambil menimpali informasi tidak sampai ke kami petani.
Sepekan sebelumnya, Perum Bulog Kantor Cabang Blangpidie sudah membeli gabah petani yang dengan HPP Rp 6.500/Kg. Namun kerja Bulog tersebut belum menyeluruh termasuk informasi Bulog membeli gabah tidak sampai ke petani.
Dia berharap agar pemerintah bisa membantu petani untuk menikmati harga gabah Rp 6.500/Kg.”Kami berharap ada yang mau beli gabah kami dengan HPP,” pintanya.
Ditambahkan, petani tidak berharap kali harga mencapai 6.500/Kg atau diatas HPP, tetapi setidaknya mendekti harga tersebut.” Kalau tidak tembus Rp 6.500/Kg, harga gabah kami bisa dihargai Rp 6.300/Kg,”tuturnya.
Bulog hanya mau menampung 10 ton gabah selama satu hari
Sementara itu salah satu pemilik kilang padi di Abdya yang namanya enggan di sebut mengatakan, memang betul bulog mau mengambil gabah petani dengan harga 6.500 perkilo gramnya.
” Tetapi mereka hanya mau menampung 10 ton dalam sehari di satu lokasi. Nah misalkan ada satu wilayah hasil gabahnya mencapa 80 ton maka dari itu mau dibawa kemana sisa gabah petani yang tidak mereka ambil, apakah dibiarkan begitu saja”. Atau bulog tidak mampu membeli semua gabah petani, baik berkualitas bagus maupun tidak”. Sebutnya.
Dia tidak menampik jika mengambil gabah petani di harga enam ribu bahkan enam ribu seratus rupiah perkilogramnya.
” Di enam ribu itu, mulai dari biaya pengangkutan, agen lapangan, karung. Itu semua kita fasilitasi, petani hanya menerima beres”. Ungkapnya
Jadi, lanjutnya, kita bukan tidak patuh terhadap harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. ” Jika kita mengikuti harga itu berarti kita harus siap tutup pabrik karna kita bekerja mencari keuntungan dan biaya karyawan sebagainya.(*)